Home | Tentang Kita | Kronika Perhubungan | Arsip | Opini | Nasional | Bisnis dan Investasi | Selebrity

Opini

AM Hendropriono :
DUA TAHUN LAGI INDONESIA JUARA NARKOBA

Di tengah sibuknya penutupan ST MPR 10 Nopember 2001, para pejabat kabinet gotong royong hadir mendampingi Presiden Megawati Sukarno Puteri. Saat sebelum penutupan, kegiatan lobi melobi bagi anggota parlemen sedang asyiknya. Saat yang luang itu juga dimanfaatkan oleh para petinggi untuk memperbincangkan sesuatu dengan yang lainnya. Tampak di dalam rombongan itu ada Panglima TNI beserta ketiga kepala staf angkatan dan polri sedang asyik berbincang santai, bahkan tak pelak diselingi dengan canda dan tawa.

Yang tak ketinggalan dalam kesempatan itu, kepala badan intelijen negara, Letjen(purn) AM Hendro Priyono membaur bersama dengan para anggota parlemen dan sebagian para wartawan yang sama sama menunggu keputusan akhir ST MPR. AM Hendro Priyono yang malam itu memakai baju putih dan ber-jas hitam lengkap kelihatan cukup sumringah dengan banyolan-banyolannya, apalagi setelah dikerubuti oleh para wartawan. Bang Hendro, begitu ia dipanggil, tak seperti pejabat pejabat intelijen sebelumnya yang terkesan angker dan mahal senyum. Tapi, tak terjadi pada diri Hendro, terbukti walaupun ia seorang kepala intelijen namun masih sempat tertawa dan murah memberikan senyum pada siapa saja yang ia kenal dan yang kebetulan menyapanya.

Sempat meluncur dari ucapannya, Kepala Intelijen kok terus diwawancarai,sergahnya kepada para wartawan sembari bercanda. Tapi, terus saja ia melayani para kuli disket yang mencoba mendekat dan mewawancarainya. Diantara topik pertanyaan yang menyerang Hendro, yaitu : Masalah Narkoba Di Indonesia. Ketika ditanya tentang narkoba, iapun cukup antusias. Menurutnya, antara pihak terkait baik BIN beserta intelijen Community, dan juga polisi, bea cukai, imigrasi dan lainnya kini sedang menyususn semua rancangan kebijakan untuk penanggulangan obat obat terlarang dan narkotika.

Karena begitu pentingnya persoalan narkoba tersebut, sambung mantan Pangdam Jaya dan Mentransmigrasi ini, yang penting sudah ada kemauan politik dari Pemerintah, saat ini tinggal bagaimana menjabarkan kebijakan itu ke dalam langkah langkah operasional. Langkah langkah operasionalnya, tambah Hendro, yaitu: pertama tama kita perlu mengadakan pengamanan awal terhadap mereka yang belum terkena zat adiktif terutama di sekolah sekolah, masyarakat luas dan di dalam tubuh aparat sendiri. Langkah pengamanan ini haruslah sukses sebagai langkah prefentif.
Sebab, jika masyarakat telah terkena zat adiktif, meski sudah direhabilitasipun, menurut catatan bahwa 90% tidak bisa disembuhkan, karena itu kita perlu titik beratkan pada pengamanan, baru penggalangan bagi yang sudah terkena, setelah itu baru kemudian diadakan penyelidikan terhadap jaringan(network) yang selanjutnya kita berantas bersama sama,tegasnya Serius.

Waspadai Penyususpan dari Negara Asean

Datangnya Narkoba sebagai sebuah bahaya laten bagi masyarakat dan bangsa sebenarnya bersal dari negara negara luar, bahkan tak menutup kemungkinan berasal dari negara asean tertentu yang kini sedang melakukan penyususpan.Karenanya, kita terus mengadakan kerjasama dengan negara negara anggota Asean untuk memberantas bahaya Narkoba tersebut,papar putera Betawi tersebut sembari mengingatkan akan bahaya penyusupan untuk memasukkan narkoba ke indonesia.

Indonesia Akan Menjadi Juara Narkoba ?

Menyinggung acara pertemuan Asean tentang narkotika yang dilakukan oleh BKNN(Badan Koordinasi Narkotika Nasional) di Denpasar, Bali, 12-14 Nopember 2001, Hendro sangat mendukung pertemuan semacam itu. Menurutnya, narkoba termasuk transnasional Crime, dan kerjasama itu sangat bagus.Sebab, dua tahun lagi, Indonesia diramalkan oleh Badan Narkotika Internasional bakal akan jadi juara,katanya. Juara di bidang apa Pak,celetuk salah satu wartawan, ya.. di bidang Narkoba, jawab Hendro mengahiri perbincangannya. Semoga ramalan itu tak menjadi kenyataan. (M.Harun).

Kenangan Ramadhan 1422 H
BUKA PUASA BERSAMA PANGLIMA, PULANG BAWA SAJADAH

Buka puasa bagi seseorang yang tinggal di Jakarta tak harus di rumah sendiri. Dimana saja, asal punya relasi, bisa diatur. Bisa di hotel, masjid, gedung pertemuan, kantor pemerintah, rumah para pejabat atau menteri. Yang terjadi kali ini kebetulan di rumah Panglima TNI Laksamana Widodo As di bilangan kelapa gading jakarta utara. 24 Nopember 2001 para undangan sudah berdatangan. Kursi kursi tertata rapi di sayap sebelah kiri rumah yang sangat asri milik orang nomor satu di jajaran TNI. Hadirin jumlahnya tak kurang dari seratusan orang.

Saat adzan Magrib tiba, mereka termasuk saya dipersilahkan menikmati takjil (makanan kecil) buka puasa. Disitu ada berbagai jenis hidangan, antaranya kolak, kurma, es dawet, es degan dan makanan kecil lainnya. Pak Widodo terlihat sangat sumringah karena para undangan yang hadir sangat tertib, maklum ia seorang militer, dan para undangan juga kebanyakan dari militer yang berbusana serba batik dan berbaju koko, seperti halnya Pak Widodo yang malam itu juga menggunakan baju koko putih, sarung putih dan bersongkok hitam, pas sesuai dengan eventnya bulan ramadhan.

Seperti lazimnya, acara dilanjutkan dengan shalat maghrib berjemaah. Selang waktu antara maghrib dan isya', acara diisi dengan makan yang sesungguhnya, yaitu makan malam bersama Panglima TNI. Para hadirin termasuk saya sangat akrab bersama sang Panglima, bahkan sembari makan Pak Widodo tak segan segan bercanda dengan hadirin yang kebetulan berada disampingnya. Pak Widodo tak terkesan angker, namun penuh bersahaja, meski tak menghilangkan sikap kewibawaannya sebagai petinggi TNI di negeri ini.

Widodo sebagai orang Jawa tengah, Boyolali, kerap sesekali bertutur dengan menggunakan bahasa jawa agak medok saat bercakap dengan para hadirin sambil mengisap rokok jarum filter yang ada di tangannya. Buka puasa itu tampak sangat rileks kendati banyak sekali tugas negara yang diemban oleh Sang Panglima. Apalagi di usia Pak Widodo yang kini telah memasuki angka 60 tahun, tentu sebagai pengendali militer, terus memikirkan tugas dan fungsinya dalam pembangunan bangsa dan negara, termasuk regenerasi dan pembinaan personil di tubuh TNI.

Saat adzan isya' terdengar, Pak Widodo bergegas menuju lantai dua di rumahnya yang tampak asri dan iapun langsung duduk di shaf (barisan) paling depan persis di belakang pak Imam Shalat. Ia tampak khusu' melaksanakan shalat isya' yang kemudian dilanjutkan dengan shalat tharaweh bersama menggunakan sebelas rakaat.

Usai shalat tharaweh, dan sedikit kuliah ramadhan dari seorang perwira angkatan laut berpangkat kolonel, pihak panitia memegang mikrofon, seraya mengucapkan terima kasihnya pada para hadirin dan sekaligus mengumumkan; "Sajadah yang ada di depannya masing masing dipersilahkan untuk di bawa dengan seizin tuan rumah yakni Pak Widodo,"jelas panitia. Karuan saja, para hadirin sangat gembira dan tersenyum, termasuk saya juga dapat sajadah.

"Rupanya ada barkah yang kami dapat berbuka bersama Pak Panglima,"celetuk salah seorang jema'ah. "Apa barkahnya?,"tanya saya pada orang tersebut. "Selain kita bisa ketemu langsung bersama Pak Widodo selaku Panglima TNI, kita juga mendapat hadiah sajadah yang bisa digunakan lagi buat Shalat nanti di rumah,"jawab jema'ah tersebut tanpa menyebut identitasnya.(M.Harun)

Moving van; Actual size=130 pixels wide

Our Company * Any Street * Anytown * US * 01234